Senin, 12 April 2021

πŸ›.πŸ™.𝕒.𝟠.πŸ™. β„π•’π•Ÿπ•˜π•œπ•¦π•žπ•’π•Ÿ π•‚π• π•Ÿπ•–π•œπ•€π•š π”Έπ•Ÿπ•₯𝕒𝕣 π•žπ•’π•₯π•–π•£π•š

 

𝒾𝓃𝑔 π‘”π’Άπ“‡π“ˆπ‘œ π“ˆπ“Šπ“ƒ π“‰π“Šπ“π‘œπ’Ήπ‘œ

𝒾𝓃𝑔 π“‚π’Άπ’Ήπ“Žπ’Ά π“‚π’Άπ“ƒπ‘”π“Šπ“ƒ π“€π’Άπ“‡π“ˆπ’Ά

π“‰π“Šπ“‰ π“Œπ“Šπ“‡π“Ž  π’½π’Άπ“ƒπ’Ήπ’Άπ“Žπ’Άπ“ƒπ’Ύ

(Ki Hajar Dewnatara)

Sebagai seorang guru adalah menjadi kewajiban baginya untuk menjadi teladan dimanapun ia berada sehingga setiap saat  masyarakat bisa meminta pendapat dan dorongan serta bimbingannya.

Setiap saat akan dihadapkan pada permasalahan-permasalahan baik itu terkait dengan Pendidikan maupun persoalan social lainnya yang terkadang membutuhkan pendapat dan dukungannya. Karenanya bagi seorang pendidik maka memahami filosofi Pratap Triloka akan mempengaruhi bagaimana ia mengambil sebuah keputusan sebagai seorang pemimpin pemebelajaran. Menjadi teladan memang bukanlah sesuatu yang mudah memang, tetapi  perlu untuk memulai dan membiasakan untuk menanamkan nilai-nilai positif yang lahir dari karakter (pembiasaan keseharian). Bagaimana menumbuhkan social emosional pada diri sehingga mampu memahami apa yang menjadi persoalan yang dihadapi sehingga dengan baik.

ketika menghadapi situasi dilema etika,akan terdaoat nilai-nilai kebajikan mendasari yang bertentangan seperti cinta dan kasih sayang, kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan, toleransi, tanggung jawab dan penghargaan. secara umum terdapat empat paradigma dilema etika yakni :

(a) Individu lawan masyarakat ( individual vs community)

(b) rasa keadilan lawan rasa kasihan (Justice vs mercy)

(c) Kebenaran lawan kasetiaan (Truth vs Loyalty)

(d) Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)

coaching menjadi salah satu sarana untuk mengetahui atau mengidentifikasi sebuah persoalan sehingga akan sangat membantu dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil. apakah pengambilan keputusan tersebut telha efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut hal ini tentunya bisa dibantu dengan ativitas coaching. pada aktivitas coaching ini kita akan sangat efektif dalam melakukan pengambilan dan pengujian keputusan melalui 9 langkah yakni :

1. mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan dalam situasi ini

2. menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini

3. kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini

4. pengujian benar atau salah: uji legal, uji regulasi/stadar profesional, uji intusi, uji halaman depan koran, uji panutan/idola.

5. pengujian paradigma benar lawan benar

6. melakukan prinsip resolusi

7. investigasi opsi trilema

8. buat keputusan

9. lihat lagi keputusan dan refleksikan

pada identifikasi masalah inilah akan menentukan apakah kasus tersebut adalah masalah moral atau etika yang tentu saja jangan sampai keputusan yang kita ambil bertentangan dengan nilai-nilai yangdianut seorang pendidik. karena nilai-nilai atau prinsip inilah yang mendasari pemikiran seseorang dalam mengambil sebuah keputusan.

Pengambilan keputusan yang tepat tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan ang positif, kondusif aman dan nyaman, sehingga  terdapat 3 prisip yang seringkali membantu dalam menghadapi pilihan-pilihan penuh tantangan , yang dihadapi saat ini (kidder,2009, hal.144). ketiga prinsip tersebut adalah : 

(a) Berfikir baerbasis Hasil akhir (end_based Thingking)

(b) berfikir Berbasis Peraturan ( Rule- Based Thingking)

(c) Berfikir Berbasis Rasa Peduli ( Care-Based Thingking)

ketiga prinsip inilah yang menjadi dasar dalam mengambil keputusan dan tentunya setiap keputusan yang dibuat oleh pendidik mengarahkan pada kebutuhan murid. sehingga tercipta lingkungan positif, kondusif, aman dan nyaman bagi siswa.

kesulitan-kesulitan yang sulit dijalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika adalah ketika kasus tersebut dihadapkan pada saat kita harus memilih peraturan dan rasa peduli. sehingga tidak mudah melakukan perubahan di slingkungan kita, terlebih lagi bila setiap keputusan yang diambil tidak mendapatkan dukungan ataukah justru mendapatkan penolakan dari rekan sejawat. 

Setiap keputusan yang diambil adalah berfokus pada kebutuhan murid-murid, bagaimana menciptakan susasana yang nyaman, dan aman bagi siswa dalam menerapkan merdeka belajar. apapun persoalan dilema etika yang dihadapi, sebagai seorang pendidik adalah mengutamakan keputusan pada kebaikan murid-murid. sehingga setiap keputusan yang dibuat akan mengembangkan budaya dan karakter pelajar pancasila pada murid-murid serta menciptakan budaya positif.

Dari pemahaman pengambilan seorang pemimpin pembelajaran, setiap keputusan-keputusna yang dibuatnya, selalu mengarahkan ia pada penengambangan pembelajaran sehingga yang ada adalah murid-murid senantiasa berkembang dengan potensi yang dimilikinya. keputusan ini penting karena sebagai pemimpin pembelajaran ia akan menjadi center yang akan menggerakkan komunitas pendidikan yang ada disekitarnya untuk lebih baik lagi seperti matahari menggerakkan planet-planet. dan semua itu tidak hadir dengan sendirinya tanpa adanya pemahaman yang mendalam tentang kebijakan-kebijakan nilai moral dan budaya positif yang memerdekan murid dalam pembelajaran.

Rabu, 07 April 2021

3.1.a.7 Demonstrasi Kontekstual (jurnal Monolog)

"Pendidikan adalah Seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis"

 (Georg Wilhelm Friedrich Hegel).


seseorang yang memiliki pendidikan tentunya akan lebih memikir banyak hal atau sebelum melakukan sesuatu ia lebih banyak menimbang-nimbang setiap keputusannya, sehingga ia lahir sebagai sosok yang berperilaku etis berdasarkan nilai moral dan hukum yang berlaku di masyarakat.

selama mengikuti pendidikan guru penggerak ini, kami belajar banyak hal, terutama agar terciptanya merdeka belajar bagi murid-murid, dimana murid merasa nyaman dan aman sehingga lahir profil pelajar pancasila yang didambahkan.

pada pendidikan ini saya mendapatkan ilmu pengertahuan baru yang belum saya dapatkan sebelumnya seperti filosofi KHD yang  menjadi dasar di setiap modul yang ada, bagaimana membuat visi dan misi sekolah yang berpihak pada murid dengan metode BAGJA serta pembelajara berdeferensiasi, SEL, Coaching dan yang terakhir di modul 3.1. ini adalah pemimpin pembelajaran.

pada pemimpin pembelajaran dan pengembangan sekolah ini. kami yang ikut dalam  pendidikan guru penggera di ajarkan bahwa untuk bagaimana membuat keputusan dengan alur yang lebih runut sehingga bisa menghasilkan keputusan yang besar. kemudian muncul pertanyaan berikut:

1. bagaimana anda nanti akan mentransfer dan menerapkan pengetahuan yang anda dapatkan di program guru penggerak ini di sekolah/lingkungan asal sekolah anda?

selama mengikuti pendidikan guru penggerak, ilmu yang diberikan membuat perubahan pada diri saya dan murid-murid yang saya ajarkan. pada pendidikan ini bagaimana guru menciptakan pembelajaran yang berpihak pada murid, mengajar dengan sesuai dengan kebutuhan siswa. dari manfaat yang saya rasakan ini, tentunya saya ingin membaginya dengan rekan-rekan di sekolah. menghidupkan budaya positif yang hampir tergerus oleh teknologi dan internet. segala informasi mungkin bisa di dapatkan di internet tetapi peran guru tidak hanya menyampaikan ilmu pengetahuan tetapi seorang guru harus menjadi "Ing Ngarso SunTulodo, Ing Masya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani" filosofi yang harus ada pada sosok seorang guru tidak akan mungkin diberikan google. yang diharapkan adalah bagaimana murid-murid bisa merindukan gurunya setiap hari untuk bisa belajar. 

pendidikan guru penggerak adalah peserta pendidikan mampu menggerakkan komunitas sehingga sasaran utama pendidikan adalah seluruh warga sekolah mulai dari kepala sekolah, guru, staf sekolah, murid, wali dan seluruh stakehorder. 

setiap sasaran pendidikan tentunya berbeda tujuan yang akan dicapai, misalnya pada :

a. Guru , tentunya akan dilakukan sosialisasi melalui guru berbagi

b. Murid, murid sasaran praktek guru untuk melejitkan  potensi murid dalam pembelajaran

c. kepala sekolah merupakan pembuat kebijakan dari setiap keputusan di sekolah.

semua ilmu agar bisa berkah dan awet tentunya harus di transfer ke seluruh komunitas, melalui bincang-bincang secara personal ataukah melalui komunitas yang ada. agar guru-guru yang lain juga turut bergerak merealisasikan merdeka belajar

2. apa langkah-langkah awal yang akan anda lakukan untuk memulai mengambil keputusan berdasarkan pemimpin pembelajaran?

sebelum saya  belajar modul 3 ini, saya membuat keputusan berdasarkan insting belaka. setelah mempelajari modul 3.1 ini maka saya bisa mempeljarilangkah-langkah dalam mengambil keputusan dimana dalam setiap mengambil keputusan kita harus membedakan antara dilema etika dengan bujukan moral. dimana berbagai permasalahan yang ada tentunya tidak lepas dari kedua hal tersebut.

setiap keputusan yang mengandung unsur dilema etika tentunya harus mengkategorikan dilema tersebut kedalam nilai-nilai kebajikan apa yang bertentangan dalam permalahan tersebut sehingga mengkotegorikannya dalam 4 paradigma dilema etika yakni :

(a) Paradigma Individu lawan Masyarakat (individual vs community)

(b) Paradigma rasa keadilan lawan rasa kasihan ( Justice vs mercy)

(c) Kebenaran lawan kesetiaan (Truth vs Loyalty)

(d) jangka Pendek lawan Jangka Panjang ( Short term vs long term)

dari pengalaman keseharian kita di intitusi pendidikan , kita mengetahui bahwa dilema eetika adalah hal yang berat yang harus di hadapi dari waktu ke waktu. misalnya pada kasus selama pandemi covid-19 ini, tidak semua siswa siswa kelas 6 aktif dalam mengikuti pembelajaran, beberapa siswa lebih memilih untuk membantu orang tua di kebun dibadingkan mengikuti pelajaran, sehingga sulit bagi guru membuat keputusan ketika ia harus terikat pada aturan yang ada bahwa seluruh siswa kelas 6 harus lulus (wajib belajar 9 tahun) dan pada satu sisi lainnya harus berbuat adil terhadap siswa yang rajin mengikuti pelajaran yang memiliki hal untuk lulus.

setiap keputusan yang dibuat dalam pembelajaran akan berdampak pada guru maupun murid sehingga membutuhkan keputusan yang tepat. dan setiap keuputusan tersebut tentunya memilki pertimbangan yang matang berdasar dari salah satu dari tiga prinsip pengambilan keputusan yakni :

1. berpikir berbasis hasil akhir (end-Based Thingking)

2. berpikir berbasis peraturan (rule-based thingking)

3. berpikir berbasis rasa peduli (care -based thinking)

ketiga prinsip ini yang seringkali membantu dalam mengahadapi piliha-pilihan yang penuh tantangan yang harus di hadapi dalam dunia ini (kidder,2009,hal144)

dalam pengambilan keputusan tentunya menggunakan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan dalam permasalahan yang dihadapi dan bersikan reflektif, kritis dan kreatif dalam proses tersebut. adapun 9 langkah tersebut adalah 

(1) Mengenali bahwa nilai-nilai yang saling bertentangan dalam situasi ini

(2) Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini

(3) Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini

(4) Pengujian Benar atau salah melalui : Uji Legal, Uji regulasi/Standar Profesional, Uji Intuisi, Uji Halaman depan Koran, Uji Panutan/idola,

(5) Pengujian Paradigma Benar lawan Benar dengan menggunakan keempat paradigma dilema etika

(6) Melakukan Prinsip Resolusi dengan menggunakan 3 prinsip penyelesaian dilema

(7) Investigasi Opsi Trilema

(8) membuat Keputusan

(9) Lihat lagi keputusan dan Refleksikan

dengan menerapkan 9 langkah pengambilan keputusan dan pengujian keputusan pada setiap kasus yang ada tentu akan melahirkan keputusan yang tepat.

dalam KKG mini atau Komunitas Praktisi yang diadakan di sekolah, selain melatih keterampiran guru dalam IT dan pembelajaran tentunya komunitas ini akan juga membahas terkait dengan permasalahan-permasalahan yang dihadapi guru dan murid-murid di sekolah. sehingga dengan 9 langkah ini guru mampu membuat keputusan yang tepat terhadap persoalan yang mungkin terkait dengan pembelajaran yang dihadapi oleh murid-muridnya.

3. mulai kapan anda akan menerapkan langkah-langkah tersebut, hari ini, besok, minggu depan, hari apa?

saya akan memulai menerapkan langkah-langkah ini dalam setiap pengambilan keputusan di komunitas praktisi pembelajaran, maupun dalam pengambilan keputusan-keputusan lainnya. untuk saat ini kami dikomunitas praktisi lebih fokus ke penngembangan kompetensi guru dalam bidang IT selama pandemi covid-19 ini. akan tetapi di selam pembelajaran bisanya kami akan berbincang-bincang terkait dengan permasalahan yang ada dalam pembelajaran di setiap guru. sehingga untuk mensosialisasikan langkah-langkah ini lebih instens pada tahun ajaran baru 2021//2022 insyaallah. mengingat saat ini di wilayah kami yang tidak memiliki jaringan internet, dimana pembelajaran dilakukan diluar jaringan, guru melakukan kunjungan keliling di setiap kelompok belajar di wilayah kami. dari kegitan pembelajaran ini, akan sangat melelahkan bagi mereka bila harus melakukan aktifitas lainnya lagi. sehingga komunitas praktisi hanya melakukan pertemuan sekali seminggu dengan durasi waktu yang sangat terbatas. durasi yang terbatas berkisar sejam ini , selain karena memahami kelelahan guru dalam aktifitasnya, juga sebagai sarana mengurangi penyebaran covid-19. jadi pelaksanaan baru akan bisa dilakukan secara intens pada saat sekolah kembali di buka dan rencananya pada juli 2021.

4. siapa yang akan menjadi pendamping anda dalam menjalankan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran? seseorang yang akan menjadi teman diskusi anda untuk menentukan langkah-langkah yang anda ambil lebih tepat dan efektif.

yang selama ini mendampini saya dalam pengambilan keputusan sebagai pemimpin belajar adalah rekan guru saya sesama guru penggerak di sekolah. di samping itu juga, kepala sekolah sebgai penentu kebijakan utama di sekolah juga sangat mendukung setiap keputusan yang mengarahkan kepada kebaikan dan pengembangan sekolah. sehingga terkadang saya dan rekan CGP lainnya berdiskusi langsung dengan kepala sekolah terkait dengan keputusan-keputusan yang akan di ambil. keputusan dengan menggunakan 9 langkah akan sangat efektif dalam mengambil sebuah keputusan yang tepat. bila dalam sisi agama, maka keputusan dengan menggunakan 9 langkah sama halnya membuat keputusan dengan menggunakan dalil/ hukum islam. ini berarti setiap keputusan memiliki dasar hukum dan telah diuji sehingga bisa secara tepat mampu menyelesaikan persoalan. sebagai CGP maka saya dan rekan CGP lainnya selalu berdiskusi dengan Kepala sekolah dan juga rekan-rekan guru lainnya dengan menggunakan komunikasi assertif. sehingga keputusan yang dibuat itu mampu diterima oleh yang lain  karena memiliki dasar yang kuat selain dasar hukum dan kode etik, juga keputusan diambil dari fakta-fakta yang relevan sehingga mampu mengenai sasaran. 


Soal kuis LK2 Bimtek Guru Pendidikan Berkebutuhan Khusus

  1. Guru di sekolah inklusif yang memiliki peserta didik berkebutuhan dengan hambatan pendengaran, harus memberikan layanan kebutuhan pembe...